Eksotisme Wisata Hiu Paus di Labuhan Jambu Sumbawa -->

Eksotisme Wisata Hiu Paus di Labuhan Jambu Sumbawa

MandalikaPost.com
Monday, May 27, 2019

HIU PAUS. Wisatawan mengabadikan gambar Hiu Paus dari bagan nelayan di perairan Labuhan Jambu, Sumbawa. (Foto: Dok. Conservation International Indonesia) 

MATARAM - Desa Labuhan Jambu di pesisir selatan Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa Barat, ditetapkan sebagai salah satu dari 99 Desa Wisata Prioritas di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Berbeda dengan desa-desa wisata lainnya, Labuhan Jambu yang terletak di kawasan Teluk Saleh, menawarkan pesona wisata bahari, kearifan lokal pesisir, dan yang paling unik ialah memberi kesempatan pada pelancong untuk melihat langsung dan berinteraksi dekat dengan Hiu Paus atau Whale Shark (rhincodon typus).

BACA JUGA : Desa Labuhan Jambu Sumbawa Kembangkan Wisata Hiu Paus Pertama di Indonesia

"Kemunculan hiu paus ini setiap saat ada sepanjang tahun, terutama saat periode bulan gelap. Jadi wisatawan bisa lihat dan berinteraksi dari dekat," kata Sekretaris Pokdarwis Labuhan Jambu, Wahyu Roberto Romario, Selasa (21/5), kepada MandalikaPost.com.

Wisata Hiu Paus pertama kali diluncurkan di Desa Jambu, bersamaan dengan event Sail Moyo Tambora 9-23 September 2018 yang dihadiri langsung oleh Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan dan Menpar Arief Yahya.



Awal Mei 2019 ini, potensi itu membuat Desa Labuhan Jambu secara resmi ditetapkan sebagai salah satu dari 99 Desa Wisata prioritas NTB, melalui SK yang ditandatangani Gubernur NTB, Dr H Zulkieflimansyah.

Wahyu mengatakan, saat ini kunjungan wisata ke Labuhan Jambu mulai nampak dan meningkat. Paket yang ditawarkan adalah wisata petualangan bahari dimana wisatawan bisa menikmati trip mengelilingi sekitar 11 pulau kecil di perairan teluk Saleh, snorkeling, camping di pulau berpasir putih, dan tentu saja melihat kehidupan hiu paus di habitatnya.

Jajaran Pokdarwis Labuhan Jambu yang mengelola wisata Hiu Paus di Teluk Saleh, Sumbawa. (Foto: Dok. Pokdarwis Labuhan Jambu)  

Pulau-pulau kecil nan eksotis itu antara lain Gili Kapas, Gili Tanjung, Gili Kebo, Gili Nangu, dan lainnya. Keindahan bahari dan pasir putih di pulau-pulau ini akan menambah pengalaman seru bagi wisatawan yang camping.

"Paket yang kami tawarkan ini untuk grup yang maksimal 6 orang. Tarifnya Rp9 juta per grup untuk dua hari satu malam," katanya.

Selain trip ke pulau kecil, dan melihat aktivitas hiu paus, wisatawan juga bisa menikmati kuliner dengan berbagai menu hasil laut. Uniknya, bersantap siang dilakukan di bagan-bagan milik nelayan setempat.

Wahyu menjelaskan, bagan atau kapal ikan tradisional berukuran cukup besar ini, merupakan salah satu yang secara alami menarik hiu paus ke sekitar perairan Labuhan Jambu di Teluk Saleh.

Hiu Paus di perairan Teluk Saleh. (Foto: Dok, Conservation International Indonesia) 

Tapi waktu yang disarankan untuk dapat melihat dan berinteraksi dengan mamalia laut ini adalah pada saat bulan gelap. Sebab, saat itulah para nelayan beraktivitas menangkap ikan mengunakan bagan.

"Sebenarnya ini adalah fenomena alam yang unik, karena hiu paus ini sangat tertarik dengan keberadaan bagan-bagan ini. Jadi ketika nelayan menangkap ikan dan jaringnya diangkat akan ada udang-udang kecil yang keluar dari jaring. Nah inilah yang menarik perhatian Hiu Paus untuk datang menghampiri bagan, karena Hiu Paus ini makan plankton dan udang kecil," kata Wahyu.

BACA JUGA : Desa Labuhan Jambu Sumbawa Kembangkan Wisata Hiu Paus Pertama di Indonesia

Wahyu mengatakan, wisata Hiu Paus di Desa Labuhan Jambu merupakan konsep wisata berkesinambugan yang turut berikhtiar melestarikan lingkungan. Terutama untuk menjaga kelestarian Hiu Paus yang masuk dalam daftar hewan laut dilindungi.

"Setelah ditetapkna sebagai Desa Wisata ini, Gubernur Zul juga berpesan agar masyarakat terutama Pokdarwis ikut melestarikan lingkungan. Mulai hal kecil saja, jangan ada lagi masyarakat yang membuang sampah di laut," katanya.

Gubernur Zulkieflimansyah juga berharap agar para nelayan di kawasan itu tidak lagi melakukan kegiatan yang merugikan lingkungan seperti penggunaan bom ikan, penggunaan kompresor dan semacamnya, agar keberadaan terumbu karang di kawasan tetap terjaga.

Desa Labuhan Jambu di Kecamatan Tarano, Sumbawa bisa ditempuh dengan perjalalan darat sekitar 2 jam dari Sumbawa Besar, ibukota Kabupaten Sumbawa, NTB.

Masyarakat dan Pokdarwis Desa Labuhan Jambu berharap agar setelah penetapan Desa Wisata, pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten Sumbawa untuk melangkapi fasilitas di kawasan itu.

"Masyarakat dan kami di Pokdarwis berharap agar pemerintah bisa membantu kami dalam pengembangan pariwisata terutama pembangunan dermaga. Jadi di Labuhan Jambu kan belum ada dermaga pariwisata, harapan kami adalah sebuah konsep dermaga pariwisata yang bisa memadukan konsep eco marine tourism di Sumbawa ini," katanya.

Menurut Wahyu potensi wisata Hiu Paus di Labuhan Jambu juga sudah mendapatkan respons positif dari masyarakat di luar NTB. Sejumlah grup wisatawan domestik juga tercatat sudah menikmati serunya petuangan wisata Hiu Paus di Sumbawa ini.

Potensi Wisata yang Ditemukan dari Upaya Konservasi

Sekretaris Pokdarwis Labuhan Jambu, Wahyu Roberto Romario menjelaskan, potensi wisata Hiu Paus di Lauhan Jambu pertama kali ditemukan saat pihak Conservation International (CI) Indonesia melakukan survay di perairan Teluk Saleh pada 2017 silam.

Saat itu Pokdarwsi Labuhan Jambu masih menjual paket wisata berupa trip pulau-pulau kecil saja, tanpa Hiu Paus.

"Saat itu tahun 2017, CI Indonesia itu memberi sebuah pemahaman kepada kami dalam bentuk Focus Discussion Group (FDG) itu bersama dengan nelayan juga, bahwa keberadaan Hiu Paus ini bisa dimanfaatkan sebagai objek pariwisata dan akhirnya ini kita kembangkan," katanya.

Nelayan beraktivitas di bagan atau kapal laut tradisional di perairan Labuhan Jambu, Sumbawa. (Foto: Dok. Pokdarwis Labuhan Jambu)

Kepala Desa Labuhan Jambu, Musykil Hartsah mengatakan, Desa Labuhan Jambu merupakan Desa pesisir di Sumbawa yang memiliki jumlah bagan terbanyak di Kabupaten itu. Setidaknya ada 77 buah bagan dengan mayoritas ikan tangkapan Tenggiri.

Desa yang dilintasi jalan negara Sumbawa-Bima ini sangat strategis dan mudah dijangkau dengan transportasi darat, baik angkutan umum atau pun mobil pribadi dengan estimasi perjalanan dua jam dari Kota Sumbawa Besar, ibukota Sumbawa.

Makanan khas seperti lawar dan buras labu juga dapat ditemui di rumah makan setempat. Keistimewaan desa terdapat pada aktivitas nelayan bagan dan pengolahan hasil tangkapan seperti ikan asin dan terasi. Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan termasuk island hoping, snorkeling, dan outbond.

Ia membenarkan, pengembangan Desa Wisata Hiu Paus di Desa Labuhan Jambu, terinspirasi dari kegiatan penelitian dan konservasi Hiu Paus yang dilakukan Conservation International (CI) Indonesia di perairan Teluk Saleh, Pulau Sumbawa, sejak tahun 2017 lalu.

KEARIFAN LOKAL. Wisatawan menikmati santap siang di atas bagan bersama nelayan pemilik kapal di Labuhan Jambu. (Foto: Dok. Conservation International Indonesia)

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Conservation International (CI) Indonesia, Teluk Saleh kerap didatangi oleh Hiu Paus karena berasosiasi dengan bagan-bagan ikan milik nelayan, untuk mendapatkan masin atau ikan puri sebagai makanannya.

Selama periode September 2017 hingga Agustus 2018, CI Indonesia mencatat jumlah individu yang teridentifikasi di perairan itu sekitar 49 individu Hiu Paus.

Berdasarkan temuan ilmiah ini, CI Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Desa Labuhan Jambu dan masyarakat mempersiapkan dan merencanakan pengembangan potensi wisata Hiu Paus yang berkelanjutan.

Melalui survey persepsi masyarakat, pemetaan partisipatif dan forum diskusi terpadu, proses persiapan menghasilkan wisata pengelolaan berbasis masyarakat yang dimulai dengan kegiatan perencanaan untuk pengelolaan dan penyedia jasa penginapan, pemandu wisata, transportasi darat, laut, kuliner dan produk lokal.

Wisata ini merupakan bentuk upaya yang dilakukan dalam mendorong pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai salah satu destinasi prioritas nasional.

“Kami ingin wisata Hiu Paus ini dikelola oleh masyarakat desa secara mandiri, agar keuntungan yang didapat langsung dirasakan. Untuk itu, kami bersama dengan CI Indonesia mencoba mengidentifikasi, mengembangkan potensi dan meningkatkan kapasitas masyarakat yang dimiliki oleh desa untuk mengelola wisata Hiu Paus,” kata Musykil Hartsah.


Sementara itu, Senior Marine Program Director CI Indonesia, Victor Nikijuluw mengatakan, kegiatan wisata Hiu Paus merupakan bagian dari inisiatif CI Indonesia di tingkat nasional. Desa Labuhan Jambu menjadi Desa pertama yang mulai mengaplikasikan konsep wisata Hiu Paus ini.

"Wisata hiu paus ini merupakan wisata minat khusus yang bermuatan edukasi tentang konservasi biota laut, dan budaya masyarakat terkait hiu paus dan bagan," katanya.

Menurutnya, secara khusus di Sumbawa, CI Indonesia mendukung penguatan kelola wisata Hiu Paus berbasis masyarakat sebagai bagian dari strategi besar program CI Indonesia untuk upaya konservasi kelautan di bentang laut Sunda – Banda.

“Kami harap kegiatan di Sumbawa ini memberikan bukti manfaat nyata konservasi bagi kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, sebagaimana telah terbukti pada sejumlah lokasi program CI Indonesia lainnya,” katanya.